Kamis, 09 Desember 2010

Analogi Sepatu dalam Etika Akuntansi

ini sebetulnya adalah esai bertema akuntansi dalam 100 kata (nyatanya saya nulis 200an kata) yang saya buat untuk ikutan field trip ke IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) dari kampus. Komen ya! :)


ANALOGI SEPATU DALAM ETIKA AKUNTANSI

Semua orang yang pernah mengenal akuntansi pasti setuju jika dibilang menjalankan akuntansi sesuai kaidah-kaidah yang benar tidaklah mudah. Kompetensi (Competence), Kerahasiaan (Confidentiality), Integritas (Integrity), dan Obyektivitas (Objectivity) adalah empat etika akuntansi yang harus terus menyertai setiap langkah para akuntan. Tapi pada pelaksanaannya, berjalankah etika-etika tersebut?

Bagi saya, menjalankan akuntansi sesuai kaidah yang berlaku adalah pilihan. Sama seperti ketika kita memilih akankah membeli sepasang sepatu Christian Louboutin yang biarpun mahal tetapi cantik, tahan lama, dan bergengsi, ataukah membeli sepatu tiruan yang mirip tetapi dengan harga jauh lebih murah?

Menjalankan akuntansi sesuai etikanya sama seperti membeli sepasang Christian Louboutin. Ada harga yang harus dibayarkan, dalam hal ini mungkin kita akan sering menolak tawaran-tawaran ‘menggiurkan’ dari berbagai pihak yang ingin memanipulasi laporan kita (kita tahu pekerjaan ini amat rawan ‘godaan’, bukan?). Namun jika kita melakukannya, tidak hanya income yang akan kita dapatkan, tetapi juga kepercayaan dan nama baik (gengsi) sehingga profesi kita pun akan bertahan lama. Sedangkan tidak menjalankan etika akuntansi, seperti membeli sepatu tiruan, memang dari luar terlihat mirip dan bahkan tidak perlu mengorbankan banyak tawaran (lebih murah), tapi sekali segalanya terbuka, tidak hanya gengsi yang jatuh, tapi dapat dipastikan profesi kita juga tidak akan bertahan lama.

Jadi, manakah yang akan kita pilih, menjadi sepasang Louboutin ataukah hanya tiruan?

-END-

gimana, gimana? ini post kedua saya yang agak 'berat' di blog ini kekeke~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar