Rabu, 22 Desember 2010

A TALE OF TWO SWEETS

Magrib-magrib, lagi nganggur sambil jagain pojok print di kampus, eh baca status temen di fb. dan rasanya.... kayak mau nangis. baca deh:

A guy asked a Muslim: Why do ur girls cover up their body & hair ?
The Muslim guy smiled & got two sweets, he opened the first one and kept the other one closed . He thrown them both on the dusty floor & asked the guy: If I asked u to take one of the sweets which one u will choose? 
The Man replied: The covered one .
Then... the Muslim said: that's how we treat and see our women =)

Ya kan? saya tuh sampe... gimana ya, tadinya, biarpun saya udah sekitar setengah taun ini berhijab, kalo ngeliat majalah, cewek-cewek di mal, masih suka ngerasa kangen sama masa lalu, ketika saya masih bisa pake dress-dress pendek yang emang favorit saya, kuncir-kuncir, keriting rambut lucu-lucu...

Tapi berkat ini, ya, saya sadar. inilah yang terbaik bagi semua wanita muslim, dan mudah-mudahan, saya akan bisa terus menjadi permen yang masih terbungkus, hingga saya menutup mata nantinya...

-Lolita

MENAAANGG!!

Masih inget posting saya beberapa waktu lalu yang isinya esai akuntansi saya untuk field trip ke Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dan Kementrian Keuangan dari kampus?

(kalo masi inget oke, kalo engga boleh buka link di atas hehehe)

naah, dan hasilnya ternyata adalah~



bukan hanya berhasil ikut field trip itu yang dilangsungin kemarin (211210), tapi juga....



saya menang tiga terbaik dari 50 esai terpilih!!!!! woohoooo!

Bangga? JELAS!! Karena jujur banget saya pikir yang lain pasti jauh lebih bagus. Lagipula itu ide bahkan baru datang di perjalanan berangkat ke kampus, ditulisnya pas lagi kuliah jam pertama, dan langsung dikirim email begitu jam kuliah selesai yang berbarengan dengan selesainya nulis ini. :)

oh iya, field trip-nya juga berguna banget lhoo, biar kata saya agak ngantuk hooaamm, tapi banyak hal deh yang tadinya, sebagai calon akuntan, saya ga tau, trus jadi tau deh!

THANKS KAMPUS!^^

Jumat, 10 Desember 2010

KIAT-KIAT MENULIS


Posting ini dibuat khusus untuk kalian yang memang menaruh minat pada dunia menulis… dan sampai sekarang masih bingung untuk memulainya. Bukan, bukan karena saya merasa udah sangat ‘tinggi’ banget dalam hal tulis-menulis, tapi lebih karena banyak lho readers yang curhat sama saya tentang sebetulnya mereka ingin menulis tapi belum PD dan masih merasa kurang.

Well, tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai menulis, kok. Meg Cabot (penulis Princess Diaries) saja baru bisa menerbitkan karya-karyanya pada usia 30 tahun, padahal dia sudah menulis sejak masa SMA! Tapi kalau bisa, jangan sampai kalian seperti dia juga, pokoknya asal tulisan kalian sudah jadi, jangan pernah ragu buat langsung publish. :)

Baik itu memulainya di depan komputer, maupun sekedar corat-coret di jurnalmu, pokoknya semoga kalian mendapat pengalaman menulis yang menyenangkan seperti saya!


Hajimemashou/Sijakhaja! (Mari mulai!)

Oke, pertama-tama: kalau kamu ingin menulis, berarti kamu harus mempunyai sesuatu untuk ditulis, kan?

Itulah yang dinamakan ide. Lengkapnya: Ide merupakan hasil olahan kreatif dari otak kita, atas sesuatu yang kita temukan, kita rasa, kita gabungkan satu per satu, atau bahkan, sesuatu yang benar-benar kita ciptakan sendiri. Apabila kita tahu akan menulis apa, berarti kita sudah mendapatkan ide tersebut. Tetapi kalau kita bingung dengan kertas yang masih kosong di depan kita, berarti ide tersebut masih harus kita temukan.

Berikut adalah beberapa cara ‘meng-ada-kan’ ide-ide tersebut:

1)    Jadilah pendengar dan pemerhati
Kejadian yang menimpa kita maupun yang terjadi di sekitar kita—di sekolah, di rumah, di ekskul, di mal, bisa jadi sumber inspirasi cerita kita, kalau kita mau benar-benar ‘membuka mata dan telinga’. Contohnya, Ann Brashares penulis Sisterhood of The Traveling Pants (Celana Persaudaraan) mendapat ide untuk novel tersebut saat ia sedang mendengarkan temannya curhat tentang pengalaman berbagi celana panjang selama liburan, dimana celana tersebut akhirnya hilang di Pulau Borneo!

2)    Write what ‘haunts’ you a lot
Pernah kan kamu merasa penasaran setengah mati, kepikiran melulu akan sesuatu? Saya pernah. Yaitu mengenai: kenapa sih cowok selalu ‘berbeda pendapat’ ama cewek, kenapa sesuatu yang menurut cewek romantis, tapi menurut cowok tidak? Dari situlah, saya mencoba menilik lebih jauh tentang karakter oposisi cewek-cowok hingga lahirlah “Diaz & Sisy”. (by Sitta Karina, Diaz dan Sisy adalah tokoh utama novel bestseller Sitta Karina yang berjudul Lukisan Hujan dan Putri Hujan dan Ksatria Malam. Buat penggemar Sitta Karina pasti tau. ;)

3)    Elaborate things!
OK, ini adalah cara terakhir untuk memunculkan ide kalau 2 cara di atas belum berhasil. Coba deh ‘mengkhayal & mencampur-adukan’ beberapa hal menjadi 1 ide. Misalnya: dulu waktu mau bikin [THE SERIES], yang pertama saya tetapkan adalah, tokoh utamanya harus Siwon (secara dia bias saya). Kedua, saya mikir, karakter apa ya yang belum pernah dipake author lain untuk Siwon? Dan akhirnya saya memutuskan: polisi. Disini saya mikir lagi, pasangannya harus gimana ya? Sepertinya pasangan polisi-dokter bakal seru nih. Dari situ muncullah Yora dan Princess Protection Program, fanfiction [THE SERIES] pertama saya. Jadi intinya, pikirkan dan khayalkan!

Ide sudah ketemu, tapi bingung mau ngapain lagi? Berikut adalah cara step-by-step yang saya lakukan dalam menulis fiksi. Kalian bisa membandingkan cara ini dengan style kalian sendiri. Siapa tahu bisa tercipta kombinasi yang lebih baik.

Ide
Semua cerita saya dimulai dari sebuah ide. Bisa mengenai tokoh ceritanya (seperti Kyu di Nae Ireumeun Jo Kyuhyun, cleaning service yang jadi anak presiden), setting­-nya (kehidupan RS di upcoming [THE SERIES] yang judulnya dr. Shin), atau plotnya (cerita dengan tokoh Super Junior yang berhubungan satu sama lain untuk [THE SERIES]). Ketika saya mendapatkan sebuah ide, walau tidak yakin itu bagus atau tidak, saya pasti mengetiknya di notes BlackBerry saya untuk menghindari faktor lupa, notes kertas pastinya juga ga masalah kok.

Masa inkubasi (pengendapan ide)
Kadang saya tahu sebuah cerita dari awal sampai akhir, namun lebih sering terjadi adalah hanya satu-dua ide saja yang terlintas, sehingga saya hanya menulisnya lalu kembali ke pekerjaan (cerita) sebelumnya. Cara ini biasanya menyebabkan ide yang diendapkan tersebut bertambah seiring hal-hal menarik dan pemikiran baru yang saya lihat atau dengar dari TV maupun orang sekitar. Beberapa dari ide saya justru berkembang lebih baik dengan ditinggalkan dulu di pikiran.

Akumulasi ide
Ketika satu-dua ide terbentuk, insting saya mengatakan bahwa saya butuh ide ketiga untuk membuat plot cerita berjalan. Setelah itu, ide-ide lain yang akan bergabung dalam “satu akumulasi” seiring berjalan waktu akan menyempurnakan konsep cerita saya dalam  novel tersebut. Mengerti kan maksudnya? :)

Menulis
Ketika ide bagus terformulasi dan sudah tahu cerita akan dibawa ke mana, mulailah saya menulis. Saya memberi fokus khusus pada awal cerita atau part 1 karena di situlah penentu apakah pembaca tertarik untuk membaca kelanjutan cerita kita. Khusus untuk saya sendiri, saya menetapkan bahwa ff yang mau saya publish harus yang sudah betul-betul jadi terlebih dulu. Satu karena saya tidak suka membiarkan readers menunggu lama, dan dua karena saya mencegah cerita yang melenceng kemana-mana sehingga menghilangkan esensi dari cerita awal yang mau saya paparkan itu sendiri. Tapi ini buat saya, lho. :)

Membaca
Setelah cerita selesai, kini waktunya untuk membacanya. Saya menetapkan standar agar cerita yang dibaca ini harus enjoyable, seperti jenis cerita yang biasa saya nikmati.

Copyeditting
Kegiatan ini termasuk membetulkan typos, memperbaiki tata bahasa, kosa kata, salah pengejaan, serta menulis ulang kalimat-kalimat yang terdengar kurang tepat. Hal ini sangat krusial karena tentu kita pernah atau bahkan masih jadi readers juga kan? Saya sih agak kurang nyaman kalau baca tulisan yang typo dimana-mana atau kata-katanya banyak disingkat. Makanya saya juga menerapkan standar itu untuk diri saya sendiri: karya saya selain bagus juga harus enak dibaca. Jangan terpaku dengan waktu, misalnya: cuma bikin dalam 3 jam nih, maklum ya kalau typo. No no no, seperti juga idol-idol yang kita suka itu, mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk penggemar dalam kondisi apapun kan? Karena seperti yang kita juga paham, tak boleh ada excuse bagi penikmat. Penikmat tak akan mau tau apakah kita sakit ataukah karya itu kita buat dalam waktu singkat, mereka hanya tau menikmati hal yang bagus, dan kewajiban kitalah memenuhinya. :)

Jadi gimana? Siap menulis? Kami tunggu tulisan kalian disini (kirim ke admin tentunya hehe). HWAITING! :)

Credit: Sitta Karina dan saya (Lolita/@lolita309)

Kamis, 09 Desember 2010

Analogi Sepatu dalam Etika Akuntansi

ini sebetulnya adalah esai bertema akuntansi dalam 100 kata (nyatanya saya nulis 200an kata) yang saya buat untuk ikutan field trip ke IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) dari kampus. Komen ya! :)


ANALOGI SEPATU DALAM ETIKA AKUNTANSI

Semua orang yang pernah mengenal akuntansi pasti setuju jika dibilang menjalankan akuntansi sesuai kaidah-kaidah yang benar tidaklah mudah. Kompetensi (Competence), Kerahasiaan (Confidentiality), Integritas (Integrity), dan Obyektivitas (Objectivity) adalah empat etika akuntansi yang harus terus menyertai setiap langkah para akuntan. Tapi pada pelaksanaannya, berjalankah etika-etika tersebut?

Bagi saya, menjalankan akuntansi sesuai kaidah yang berlaku adalah pilihan. Sama seperti ketika kita memilih akankah membeli sepasang sepatu Christian Louboutin yang biarpun mahal tetapi cantik, tahan lama, dan bergengsi, ataukah membeli sepatu tiruan yang mirip tetapi dengan harga jauh lebih murah?

Menjalankan akuntansi sesuai etikanya sama seperti membeli sepasang Christian Louboutin. Ada harga yang harus dibayarkan, dalam hal ini mungkin kita akan sering menolak tawaran-tawaran ‘menggiurkan’ dari berbagai pihak yang ingin memanipulasi laporan kita (kita tahu pekerjaan ini amat rawan ‘godaan’, bukan?). Namun jika kita melakukannya, tidak hanya income yang akan kita dapatkan, tetapi juga kepercayaan dan nama baik (gengsi) sehingga profesi kita pun akan bertahan lama. Sedangkan tidak menjalankan etika akuntansi, seperti membeli sepatu tiruan, memang dari luar terlihat mirip dan bahkan tidak perlu mengorbankan banyak tawaran (lebih murah), tapi sekali segalanya terbuka, tidak hanya gengsi yang jatuh, tapi dapat dipastikan profesi kita juga tidak akan bertahan lama.

Jadi, manakah yang akan kita pilih, menjadi sepasang Louboutin ataukah hanya tiruan?

-END-

gimana, gimana? ini post kedua saya yang agak 'berat' di blog ini kekeke~

Jumat, 03 Desember 2010

SARANGHAE

seperti layaknya pacar-pacar K-fangirl pada umumnya, pacar saya juga amat sangat menentang hobi gila saya ini (iyalah ya, mana ada pacar yang malah seneng cewenya begitu tergila-gila sama 'pria lain'? ngerti sih saya ngerti, tapi apa mau dikata mereka keren-keren banget -___-)

nah, otomatis jangankan dengerin saya ngomongin Korea, belon ada satu kata 'SUJ--' dari 'SUJU' aka Super Junior band paporit saya, misalnya, doi pasti uda mencak-mencak *saya lebay*

kira-kira 3 hari yang lalu saya mulai bandel, sebodo lah pokoknya di akhir SMS (biasa kan ya kalo nutup sms kan pake kata lope-lope gitu), saya lagi mood pengen bilang 'saranghae', yauda saya ketiklah kata itu, dan bener bo ga dibales hahaha

nah, tapi saya makin bandel. kemaren pas abis nganterin saya pulang, tau-tau aja saya bilang 'saranghae' di depan mukanya.

sedetik...
dua detik...

saya uda takut deh, uda siap-siap kabur malah :p
tapi akhirnya dia malah ketawa dan bilang, "Aku tau sih artinya, tapi gatau balesnya. sama-sama aja ya."

huaaaa.... saya baru mau bilang, "jawabannya: nado saranghae (i love you too)"
tapi pikir-pikir lagi, engga ah. dia ga ngamuk juga uda sukur. hehe

tapi besok-besok saya ga bakal ragu-ragu lagi deh buat bilang: SARANGHAE!

Kamis, 02 Desember 2010

[FABLE] A JOURNEY OF OLA KOALA (Part 3)


A JOURNEY OF OLA KOALA
Written by: Lolita R.
 
It turned that Willy Wolf and Kiki Giraffe were friends before Willy Wolf decided to wander and left the colony. After knowing Kiki Giraffe's mission to brought Ola Koala back to her jeep, Willy Wolf asked to join the team, offering his ability to sniff the traces.

"My kind is a close relative to dogs, you know?" He promoted. Ola Koala nodded certainly, the more the merrier, she thought. Kiki Giraffe only shook his head, whatever, he thought.

"Are we there yet?" Ola Koala asked after she woke up from her sleep, still on Kiki Giraffe's back. Kiki Giraffe shook his head while kept his running. Before them, Willy Wolf kept sniffing the ground, tracking the jeep's tires traces.

"Oh, I'll sleep again then." She said.

"You've been sleeping for half of our journey." Kiki Giraffe complained.

"Well, can do nothing about it, it's my nature4." She answered and straightly back to sleep. Kiki Giraffe healed his breath, facing a koala was more tiring than taking care of savanna's baby animals.

"How's the tracking-thing there?" Kiki Giraffe shouted to Willy Wolf.

Willy Wolf stopped and turned his body to him, "I think it's too far already. We'll need a day only to reach the point where the jeep is now. To be concluded, we just won't able to catch it." He answered. "It's just an idea, but I have a friend that could help us definitely."

Kiki Giraffe raised his eyebrows, "Who? Do I know his/her? How could he/she help us?"

"Nope, I met her on my wander. But I have to warn you, she's a bit dangerous, especially to little Ola." He looked to a sleeping koala on Kiki Giraffe's back. "She definitely could help us, because her kind is the fastest runner on earth."